Murai Batu jantan ekor panjang
LC

Kucica Hutan

Copsychus malabaricus

Panjang

25 cm

Berat

28-34 g

Habitat

Hutan Hujan Dataran Rendah

Reproduksi

3-5 telur

Status Konservasi

LC
Least Concern
IUCN Red List
Status Indonesia Tidak Dilindungi (Permen LHK P.106/2018)
CITES Tidak Terdaftar
Tren Populasi menurun (alam liar indonesia)

Ancaman Utama

  • Perburuan liar masif untuk lomba
  • Hilangnya habitat hutan dataran rendah

Upaya Konservasi

  • Regulasi kuota tangkap (Satwa Buru)
  • Wajib penangkaran (Breeding) untuk kontes
  • Sertifikasi ring peternak (APBN/PBI)

Si Ekor Cambuk Bermental Baja

Murai Batu (Copsychus malabaricus) dikenal sebagai primadona burung berkicau karena kombinasi fisik dan suaranya yang istimewa. Ciri utamanya adalah ekor hitam panjang yang bisa melengkung melebihi panjang tubuhnya sendiri. Saat bertarung atau 'ngobra', mereka akan menegakkan kepala dan memainkan ekornya naik-turun (ngeplay) seperti cambuk, menunjukkan mental petarung sejati.

Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Class Aves
Ordo Passeriformes
Genus Copsychus
Spesies Copsychus malabaricus
Subspesies C. m. macrourus (Sumatera), C. m. suavis (Kalimantan), C. m. javanus (Jawa), C. m. tricolor (Malaysia)

Nama Lokal

Murai Batu(Sumatera/Umum)Larwo(Jawa)Tinjau Karang(Melayu)White-rumped Shama(Inggris)

Sinonim

Kittacincla malabaricaShama Thrush

Penghuni Semak Hutan Rimbun

Mereka menyukai habitat hutan hujan dataran rendah yang rapat, hutan sekunder, hingga area semak belukar bambu yang dekat dengan sumber air. Sayangnya, habitat ideal ini semakin menyempit, ditambah dengan tekanan perburuan liar yang masif untuk memenuhi permintaan pasar hobi, membuat populasi liarnya di Jawa dan Sumatera menurun drastis.

Karnivora Agresif

Di alam liar, Murai Batu adalah predator agresif yang memburu berbagai jenis serangga seperti jangkrik, belalang, ulat, dan bahkan cacing tanah. Kebutuhan protein hewaninya sangat tinggi untuk menunjang aktivitas dan stamina berkicaunya. Dalam perawatan manusia, pemberian 'Extra Fooding' (EF) seperti jangkrik dan kroto (telur semut) adalah menu wajib harian.

Komposisi Pakan

insektivora
serangga utama 80%

jangkrik, belalang, kroto, ulat

invertebrata lain 15%

cacing tanah, laba-laba

buah 5%

buah kecil

Peta Persebaran

Status Endemik

Tersebar Luas

Negara

IndonesiaMalaysiaThailandVietnamIndia

Pulau Utama

SumateraKalimantanJawaNias

Provinsi

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Lampung
  • Kalimantan Tengah

Fakta Menarik

  • Memiliki gaya tarung 'ngeplay' (memainkan ekor) yang sangat atraktif.
  • Sempat masuk daftar dilindungi pada 2018, namun dikeluarkan kembali karena protes massal komunitas kicau mania.
  • Harga satu ekor burung juara bisa setara dengan harga mobil mewah baru.

Perilaku & Suara

Pola Aktivitas

diurnal

Sosialitas

soliter dan sangat teritorial

Migrasi

Tidak (Menetap)

Karakteristik Suara

"Kicauan keras, melodis, dan variatif (ngeroll & nembak). Mampu meniru suara burung lain. Saat bertarung mengeluarkan suara 'kretek-kretek'."

Nada & Jenis

melodis volume tembus mimikri

Raja Mimikri Hutan

Kualitas suara Murai Batu dinilai dari volume yang tembus (keras), irama lagu yang bervariasi (ngeroll), dan tembakan-tembakan tajam yang meniru suara burung lain (cililin, kenari, lovebird). Kemampuan meniru (mimikri) inilah yang membuat mereka menjadi kelas paling bergengsi dalam setiap lomba burung berkicau di Indonesia.

Reproduksi

3-5

Telur

13

Hari Inkubasi

18

Hari Asuh

9

Bulan Dewasa

Musim Kawin

MaretAprilMeiJuni

Tipe Sarang

Lubang pohon atau celah bambu

Monogami dan Teritorial

Murai Batu adalah burung monogami yang sangat mempertahankan wilayah sarangnya. Mereka bersarang di lubang-lubang pohon bekas pelatuk atau celah rumpun bambu. Indukan jantan dan betina berbagi peran dalam membesarkan anak, meskipun betina lebih dominan dalam mengerami telur.

Budaya & Sejarah

Simbol Daerah

Simbol Gengsi Kicau Mania


Kepercayaan Lokal

Memiliki Murai ekor panjang membawa keberuntungan dan wibawa. Ekor panjang = Status sosial.


Sejarah

Dideskripsikan Scopoli (1786). Sempat masuk daftar dilindungi (2018) lalu dicabut karena protes massal.

Pemeliharaan & Harga

Info Pemeliharaan

Legalitas:
✓ Legal (Disarankan Hasil Ternak/Ring)
Tingkat Kesulitan:

Sedang - Sulit

Membutuhkan Extra Fooding (EF) hidup setiap hari. Mental tarung (fighter) harus dijaga. Wajib jaga kebersihan kandang.

Kisaran Harga

Anakan Rp 2.500.000
Dewasa Rp 15.000.000
Sepasang Rp 10.000.000

Harga sangat variatif tergantung TRAH (keturunan), prestasi lomba, dan panjang ekor. Burung juara nasional bisa > Rp 500 Juta.

Update: Desember 2025

Galeri Foto

Pertanyaan Umum

Apakah Murai Batu dilindungi?

Saat ini TIDAK DILINDUNGI (berdasarkan Permen LHK No. P.106/2018). Namun, penangkapannya dari alam liar diatur kuota ketat (Satwa Buru). Sangat disarankan memelihara hasil penangkaran (breeding) yang ditandai dengan Cincin/Ring pada kakinya.

Mengapa harganya bisa sangat mahal?

Harga Murai Batu ditentukan oleh 'Katuranggan' (fisik), Trah (keturunan darah juara), volume suara, mental tarung, dan panjang ekor. Burung yang sudah sering juara di event nasional memiliki nilai prestise tinggi yang bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Apa bedanya Murai Batu Medan, Lampung, dan Borneo?

Secara umum: Murai Medan (ras Sumatera) punya ekor paling panjang dan postur atletis. Murai Borneo (Kalimantan) punya gaya tarung khas 'gelembung' (mengembangkan bulu dada) saat berkicau. Murai Lampung/Jawa (Larwo) biasanya berukuran lebih kecil.